Senin, 29 Agustus 2016

Tikus Rangking Tiga





     Dimusim akhir-akhir kegiatan belajar mengajar saat disekolah, disitulah moment menyenangkan dan memalukan menyerang, mungkin lebih khususnya memalukan yang  menyerang..  sebab disitulah otot-otot jantung kita akan ditest untuk debaran yang sangat kuat (ini berlaku bagi siswa yang bisa dibilang pintarnya melewati batas nalar dan uji manusia). Sebab disaat itulah nilai buruk dan baik kita sebagai pelajar terlihat. Sebagai manusia yang menghirup oksigen dan berfotoselfiesintesis, saya juga pernah mengalami hal yang sama seperti itu. Tapi itu dulu, duluuu sekali.. mungkin sekitar 2 abad sebelum masehi dan sebelum negara api menyerang secara random semua negara yang ngak mau jadi gank-nya.

     Di pagi-pagi buta, saya masih tertidur pulas.. dengan muka yang malas.. serta  rintikan air liur yang  tak jelas. Dengan kuping yang sedikit mendengar suara segerombolan anak SD yang dengan gesitnya bangun pagi berlarian kesana kemari, saya pun terhempas bangun dari kasur kemudian tidur lagi. Sumpah.. itu anak SD mengganggu sekali, tak selang beberapa lama suara mereka terdengar lagi.. tapi saya berfikir ya sudahlah namanya juga anak SD. Dan disaat itulah saya menyadari makna filosofi dari segerombolan anak SD yang lewat tadi, ternyata mereka menyelipkan pesan moral buat saya bahwa hari ini adalah hari pembagian rapot bagi anak sekolah. Sungguh bijak anak-anak SD tersebut.
     Akhirnya petualangan mimpi saya lanjutkan kembali, baru masuk bait pertama mimpi, saya mendengar suara minta tolong dari kamar mandi rumah. Yang mungkin jaraknya sekitar 3 kilo dari tempat saya tidur. Akhirnya saya pergi ke kamar mandi tersebut dengan menggunakan taxi seusai turun dari taxi, saya langsung menyelidikki ke tempat lokasi. Ternyata kegiatan mandi pada pagi hari itu terhenti karena ada satu faktor yang mengharuskan kamar mandi harus diamankan. Usut punya usut, ternyata ada tikus yang mencoba ingin merasakan gimana bangganya bisa berenang sambil  bermain di lubang closed, mungkin sang tikus ingin melakukan hal yang berbeda dari tikus-tikus yang lain. Ini tikus kurang kerjaan, dalam hati saya berkata “ syukur kamu saya yang temukan disini bukan KPK”.
     Akhirnya tanpa panjang kali lebar, sisi kali sisi.. sayapun mulai ambil posisi. Hal seperti ini sudah sering saya lakukan dulu, tapi yang sekarang rasanya sudah berbeda.. mungkin karena jarang. Balok besar diluar rumah saya ambil dan mulai mengeksekusi si tikus tanpa perlu diintrograsi terlebih dahulu. Bak!!! bok!! kedebak!!! kedebok!!.. cedar!!! cedor!!!... akhirnya tikus lumpuh dan berhasil dimusnahkan dari alam closed.  Tapi setelah melakukan hal tersebut, saya langsung mendapat tekanan batin dan psikologi saya bermasalah, selama beberapa jam system kekebalan sensorik dan motorik saya terganggu.. terasa masih terngiang didalam ingat semua kejadian itu. Akhirnya saya melaukan terapi pemulihan untuk memulihkan semuanya, syukur dengan terapi tersebut saya bisa kembali seperti sediakala lagi.. kembali seperti manusia pada umumnya, manusia yang bernafas dengan oksigen dan mampu berfotoselfiesintesis dengan sempurna.



 



 

  


     Dan kembali terdengar lagi kericuhan anak SD didepan rumah, tapi sekarang suara terdengar lebih sedikit. Sayapun penasaran dan keluar rumah. Ternyata hanya ada dua anak SD, yang satu memegang rapot dan satunya lagi tak memegang apa-apa. Dari sudut jalan mereka sudah berteriak, memang tak jelas apa yang mereka teriakkan.. tapi kayaknya mereka membahas tentang rapot mereka. Sebut saja yang memegang rapot bernama Ucup dan yang tak memegang rapot bernama Icip. Sesampai dirumah Icip, Ucup pun memamerkan rangkingnya dihadapan Ibu Icip.. dengan lantangnya Ucup berkata “ Icip ngak dapet rangking tante, Ucup dapet rangking.. uda gitu rangkingya tiga lagi”. Sang tante pun hanya bisa tersenyum sambil menahan tawanya sedikit, tante pun menjelaskan kepada Ucup “ Ini sakitnya yang tiga Ucup.. bukan rangkingnya, Ucup juga ngak pernah masuk 7 hari”. Sontak Ucup pun terdiam sejenak, Ucup tak berkata apa-apa sedikitpun. Kemudian Ucup mengambil rapot dari tangan Ibu Icip.. kemudian pulang kerumahnya. Saya yang ada pada kejadian itu, merasakan hal yang lucu.. tak habis-habisnya saya tertawa, Ucup ucup.. kamus sama polosnya seperti tikus tadi, sama-sama merasakan hal yang membuat diri bangga seketika.