Senin, 09 Februari 2015

Ayam Potong Anggora




   Hujan deras mengguyur dikala sore itu, kerasnya angin menyapu semua tumbuhan tinggi yang kokoh berdiri. Seperti biasa disetiap sore-sore seperti ini Aku beserta Ayah, Ibu dan Adik kumpul bersama menghabiskan nikmatnya senja yang tertutup oleh bulir-bulir air deras yang turun secara bersamaan disore itu. Moment inilah yang menurutku moment paling berharga, sebab canda tawa tanpa sadarnya keluar dari mulut kami setelah mendengar guyonan dari Ayah dan cerita-cerita kocaknya. Tak sadar kopi yang kuseduh tadi perlahan-lahan mulai habis, mungkin hujan ini yang membuat kenikmatan kopi bertambah. Aku teringat dengan janji Ayah yang ingin mengajakku untuk pergi bersama mengambil printer miliku yang sedang di service, sebenarnya sudah beberapa kali kami berdua pergi kesana untuk mengambil print tersebut tapi tempat service tersebut selalu saja mengundur-ngundur waktu untuk memperbaiki print tersebut padahal mereka sudah menargetkan waktu untuk pengambilan print.
“ Ayah... jadikan sore ini pergi mengambil printer ?”, tanyaku
“Iya.. tunggu hujan reda dulu”, jawab Ayah
   Kamipun mulai melanjutkan kembali percakapan lucu kami disore itu, tak kunjung lama dari percakapan tersebut hujanpun mulai perlahan-lahan reda, tapi mendung masih menggantung di awan yang terlihat gelap. Karena mengejar waktu dan menghindari cuaca yang mungkin saja akan berubah lagi, kamipun tancap gas dan bergegas cepat menuju lokasi yang dituju. Ditengah perjalanan ternyata cuaca tak berpihak kepada kita, hujan kembali turun dengan terpaksa kami singgah sebentar untuk berteduh. Selang beberapa menit hujan reda kembali, perjalan kami lanjutkan. Setelah beberapa kali belok, lurus, belok, lurus, belok, luruuussssss, belok dan luruuuuusssssssss..... kamipun sampai ditujuan. Motor diparkir dan kamipun masuk kedalam,
“ Permisi... “, kata Ayah
Tak selang beberapa lama si pemilik toko service keluar,
“Oh, ya Pak... ada apa ya Pak?”
“Mau ambil print yang sudah diservice  itu mas”
“Oh yaa Pak, tunggu sebentar”.
   Kami berduapun menunggu sang pemilik toko mengambil print tersebut.  Lamanya bukan main, sampai-sampai kami lelah duduk dikursi yang sebenarnya kami belum ditawarkan untuk duduk, tapi karena merasa kursi adalah tempat duduk, jadi naluri duduk itupun datang dengan sendirinya. Akhirnya pemilik toko keluar dan membawa sebuah printer kusam hitam yang sudah tak terawat.
“Ini pak Printernya”, kata si Pemilik toko
“Ini sudah bisakan, untuk dipakai?” tanya Ayah
“Maaf Pak masih ada satu komponen yang harus diperbaiki, dan itu membutuhkan dana sebab kami tak mempunyai komponen tersebut”
“ Gimana sih Mas ini, Mas uda janji printernya diambil sekarang dan kesepakatan awal tidak ada biaya ini itu jika sudah mempunyai kuitansi printer ini” jawab Ayah dengan geramnya
“Sekali lagi kami minta maaf Pak” kata si Pemilik toko.
   Tanpa basa-basi dan pamit, kamipun keluar dari toko tersebut dengan membawa printer tersebut. Sesampainya diluar pandangan Ayah terpaku pada satu toko yang tepat berada disamping tempat service tersebut, ternyata itu adalah toko pat toko yang menjual berbagai macam makanan dan kurungan bintang peliharaan. Tanpa ambil pusing Ayah saya langsung masuk kedalam toko tersebut dan meninggalkan saya sendiri diluar, sambil membawa printer tersebut diluar toko terbersit pikiran dalam otakku....  kucing, hamster, kelinci kita ngak punya apalagi anjing trus ada maksud apa Ayah masuk ke toko ini. Tak lama kemudian Ayah mengajak saya untuk masuk kedalam toko tersebut, dan menyuru saya untuk menggeletakkan printer itu diteras depan toko pat itu.
“Gimana ini pri.. yang ini baguskan?”, kata Ayah
“Iya bagus, tapi untuk apa”?
“Adalah.. yang penting ini bagus kan”
Pada saat itu saya hanya bisa menggelengkan kepala dan tak tau maksud dari semua ini, tak selang beberapa lama Ayah memanggil si Pemilik toko,
“Mbak, yang ini kurungan apa?”, tanya Ayah
“Ini kurungan kucing anggora Pak”
“Ooh... harganya berapa?”
“250 Pak”
“Ngak bisa kurang Mbak?”
“Oh maaf Pak, ini sudah mentok harganya”
“Iya sudah ngak apa-apa, saya ambil ini saja dah Mbak”.
   Setelah selesai dengan pembayaran kurungan itu, kamipun langsung keluar dari toko pat tersebut dan langsung pulang menuju ke rumah. Di perjalanan saya direpotkan dengan printer dan kurungan untuk menahan beban keduanya. Kamipun akhirnya sampai dirumah, dengan penuh percaya diri Ayahpun langsung memperlihatkan ke Mama kurungan tersebut sambil mepraktekan kecanggihan bongkar pasang yang dimiliki kurungan tersebut,
“Ini kurungan untuk apa?”, tanya Mama
“Tenang saja, liat saja besok”?, jawab Ayah
“Ayah kamu ini pri.. ada-ada saja yang dibeli” lirih Mama
“Itu sudah Ma, kita lihat saja besok apa yang akan terjadi” jawabku.
   Keseokan harinya Ayah mengajak Adikku untuk pergi bersamanya disore hari, entah mereka pergi kemana pada saat itu. Saat mereka pulang, terdengar saru-saru suara kicauan anak ayam, saat kami keluar dari rumah..   jreeeeeeeeng  jreeeeeeng ..... ternyata oh ternyata Ayah membawa 7 anak ayam potong yang baru menetas, kamipun menggeleng-gelengkan kepala dan mengetahui makna dari ini semua. Dengan cekatan Ayahpun perlahan-laham memasukan satu demi satu anak ayam tersebut kedalam kurungan yang dibelinya kemarin itu. Tanpa disadari pula anak-anak ayam tersebutpun terlihat ceria dengan situasi baru dan bahagia dengan kurungan spesialnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar